Talasemia atau thalassemia adalah kelainan pada darah akibat sumsum tulang belakang tidak bisa membentuk protein untuk memproduksi sel darah merah (haemoglobine) - Di dalam tubuh, haemoglobine ini bertugas mengangkut oksigen dari paru-paru untuk disebarkan ke seluruh tubuh - Akibat terganggunya pembentukan rantai globin ini, maka akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel darah merah yang selanjutnya akan mengakibatkan pecahnya sel-sel darah merah.
Talasemia ini merupakan penyakit keturunan. Termasuk ke dalam penyakit anemia hemolitik. Penurunan penyakitnya secara autosomal. Menurut data WHO, 7% dari total penduduk dunia adalah pembawa sifat talasemia, sementara di Indonesia ada sekitar 6 hingga 10 persen penduduk membawa sifat talasemia ini. Jika sepasang pembawa sifat talasemia menikah, kemungkinannya akan menurunkan penyakit ini kepada anaknya sebagai penderita talasemia dengan persentase sebagai berikut :
25% anak menderita talasemia berat.
50% anak menjadi pembawa sifat (carrier).
25% anak bebas dari penyakit talasemia.
Penyakit talasemia yang diturunkan hanya dapat terjadi bila 25% sel darah seseorang normal menikah dengan 50% sel darah seseorang yang terinfeksi talasemia akan menurunkan sifat dan gen talasemia kepada anak-anaknya. Uniknya, menurut penelitian yang telah dilakukan oleh dokter-dokter ahli menunjukkan kemungkinan bahwa pembawa sifat talasemia diuntungkan dengan memiliki ketahanan lebih tinggi terhadap malaria.
Jenis-jenis Talasemia.
Talasemia bisa dibagi menjadi 2 jenis. Pertama adalah talasemia minor. Tidak ada gejala khusus pada penderita jenis talasemia minor dan tidak perlu melakukan transfusi darah.
Jenis kedua adalah talasemia mayor. Penderita talasemia mayor ini wajib melakukan transfusi darah sepanjang hidupnya.
Gejala-gejala Penyakit Talasemia
Penyakit talasemia sekilas menyerupai gejala penyakit anemia. Penderita terlihat pucat, tidak memiliki nafsu makan, perut terlihat sedikit membesar, perubahan bentuk muka, kulit kehitaman, gangguan pertumbuhan, limpa besar dan kekurangan gizi. Hal ini dikarenakan kehilangan darah akibat trauma dan pendarahan akut.
Penderita talasemia mayor wajib melakukan transfusi darah setiap 1 - 2 bulan sekali tergantung berat atau ringannya penyakit yang dideritanya. Transfusi darah ini diperlukan untuk memperbaiki pasokan sel darah merah. Namun begitu, transfusi darah ini mempunyai efek yang sangat berbahaya bagi penderita talasemia, karena penderita dapat terancam akibat kelebihan zat besi yang terbawa saat transfusi. Kelebihan zat besi ini dapat terakumulasi dan merusak organ tubuh penderita. Untuk itu penderita perlu meminum obat untuk menetralkan zat besi dalam tubuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan menuliskan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan. Komentar yang menyinggung masalah SARA akan dihapus.